Kamis, 15 Januari 2009

Puisi-puisi Untuk Minahasa

Bicara tentang Minahasa

Ingin tahu tentang Minahasa itu?

Boleh, tapi sedikit saja ya, karena Minahasa itu plural

Tak mungkin kita bicara Minahasa hanya sebegini

Tak mungkin kita bicara kebesaran Minahasa dalam kekecilan ruang dan waktu

……

Ingin tahu tentang Minahasa?

Minahasa lebih dari sekedar waruga, maengket, cakalele dan kolintang

Minahasa bukan hanya pluralisme

Minahasa memang ada di antara ruang dan waktu, tapi sebenarnya dia mengatasi itu

Minahasa, oh Minahasa?

Kau bukan hanya nama

Kau, Minahasa adalah orang, tanah dan adat.

Kau, Minahasa bahkan adalah nilai dan semangat

Kau, Minahasa adalah kedaulatan atas diri dan eksistensi

Tapi, lihat Minahasa itu…

Minahasa ku, Minahasa mu, Minahasa kita, kini tak lagi demokratis karena beban politik kekuasaan elitnya

Minahasa kita itu, tak lagi elgaliter karena kekejaman pasar yang membagi tou-nya menjadi produsen dan konsumen

Minahasa kita itu tak lagi patriotik dan heroik seperti para waraney di perang Tondano dan Merah Putih 14 Februari 1946 karena pragmatisme jabatan dan kekuasaan

Minahasa kita itu mulai tak lagi ke-Minahasa-an karena tou-nya mulai lupa dengan amanat watu pinawetengan

Pokoknya Minahasa kita itu telah menjadi kegelisahan dalam melawan kegilaan zaman

Ah, bicara tentang Minahasa sama dengan bicara tentang diri yang perlahan tapi pasti akan jatuh terjerambab dalam lumpur kegelapan peradaban

Apakah aku terlalu pesimis dengan nasib ini?

Tak tahulah, yang jelas itulah pikiran ku tentang Minahasaku, Minahasamu, Minahasa kita.

Tomohon 19 Februari 2007

==============================

Tinoransak dan KFC

(sebuah dialog)

Pernah jalan-jalan ke Manado?

Siapa yang tidak?

Apa yang kau lihat?

Banyak. Ada reklamasinya. Ada mall-mallnya yang menjulang tinggi ke angkasa. Ada PKL yang dikejar-kejar Pol-PP. Ada sampah di mana-mana. Ada patung Samratulangi yang dilalui begitu saja. Ada KFC-nya, tapi sedikit tinoransaknya

Oh begitu ya. Apa yang kau sebut terakhir itu?

Ah, ngana ini, nda simak dang? Aku bilang ada KFC yang banyak pengunjungnya dan tinoransak yang banyak pembelinya tapi sedikit labanya.

Jadi kamu ini bicara juga soal makannya?

Tidak juga. KFC dan Tinoransak, sebenarnya adalah Keminahasaan versus Liberalisme Pasar. Orang Minahasa harus menjadi tibo di tengah pergulatan pasar global yang menghisap.

Orang Minahasa adalah calon korban kekejaman pasar.

Orang Minahasa, kalau begini terus akan menjadi konsumen yang gagal bukan produsen yang berhasil.

Aku paham dengan itu. Tapi bukankah itu konsekuensi dari globalisasi, yang katanya, Tanah dan orang Minahasa harus siap masuk ke wilayah itu? Orang Minahasa tak bisa menghindar dari itu.

Ya, benar, aku setuju! Tapi, yang kamu lihat, apakah kita sudah siap untuk itu?

Persoalannya bukan siap atau tidak, tapi pertanyaanku kenapa kita harus tersentak dengan itu? Kalau bicara kesiapan, bukankah kita punya ladang, sawah dan kegigihan bekerja? Bukankah Dr. GSSJ Samratulangi sudah lama memetahkan posisi kita di bibir pasifik dari segi ekonomi dan politik? Kenapa kita tidak belajar dari pemikirannya sehingga kita punya kesiapan untuk masuk ke wilayah yang rupanya kau khawatirkan itu?

Nah, ini sebenarnya akar persoalan kita, Tou Minahasa. Semua ini terjadi karena kita menjadi orang yang lupa pada sejarah, lupa pada pemikiran, dan lupa pada perjuangan pendahulu. Itulah identitas kita. Coba kalau kita belajar dari masa lalu, pasti masa kini kita tak seperti ini untuk masa depan yang…

Yang apa? Yang sejahtera?

Tunggu, aku belum selesai. Maksudnya, ya, yang semua manusia cita-citakan. Sejahtera, adil, makmur, selamat dan lain-lain.

Oh, karu. Angko pe cita-cita mulia sekali. Aku juga begitu. Tapi kadang aku menjadi lelah ketika bicara itu. Keadilanlah, kemakmuranlah, keselamatanlah…Ah, lelah aku. Aku cuma punya satu ide, untuk cita-citamu itu, yang sebenarnya juga cita-citaku, juga cita-cita Tou dan Tanah Adat Minahasa

Apa itu?

Berdirilah tegak dan berdaulatlah atas diri dan tanah ini. Kita manusia merdeka!!!

Ohoi!!! I Yayat U Santi tamang!!!

Ah, ngana kira ini perang?

Oh, iyo! Ini memang perang tamang! Siap berperang???

Ck..ckk….

Tomohon, 19 Februari 2007

==============================

Guru Sejarah itu

Guru itu seorang perempuan

Ia mengajar Sejarah Indonesia

Aku dengar ia sarjana

Sudah 15 tahun ia mengajar

Ia mengajari muridnya

Tentang Sejarah Indonesia

Asal dan arti namanya

Perjuangannya, dan kemerdekaanya

Murid bertanya,

“Bu Guru, Mana sejarah tanahku Minahasa”

Katanya,

“Di kurikulum cuma ada sejarah Indonesia”

Murid bingung, “Indonesia?”

==============================

Aku Belum Mati

Aku masih merangkak

Belum tegak jalanku

Tubuhku di antara berdiri dan merayap

Tapi aku harus bisa dalam apa adanya

Jalan ku masih panjang

Belum selesai setelah ini

Belum tamat setelah itu

Belum mati setelah ini dan itu

Belum selesai perjalananku

Aku masih dalam perjuangan

Semangatku belum padam

Cita dan cintaku masih belum hilang

Aku masih ada dan berada

Setelah kau menganggapku tiada

Aku masih di sini

Setelah kau meninggalkanku

Aku masih akan berbuat

Setelah semuanya menjadi sulit

Aku masih akan bicara

Setelah semuanya bungkam

Aku masih ada di sini

Ketika Ia masih ingin aku ada

Aku masih akan berteriak

Ketika Ia masih memberi aku suara

Aku masih akan melawan

Pun ketika aku lemah

Aku masih akan menulis syair

Pun ketika bahasa menjadi bisu

Aku belum selesai

Aku belum berakhir

Aku belum tamat

Aku belum mati….

==============================

Kerinduan

Dalam ingatanku yang samar

Engkau adalah cantik sekaligus tampan

Engkau lembut sekaligus keras

Engkau adalah rahimku

Ketika aku jauh darimu

Baru aku merindukanmu

Ketika aku jatuh terpuruk

Baru aku mengingatmu

Aku jadi sangat rindu

Pada kehangatan cintamu

Aku jadi sangat cinta

Pada pesona tubuhmu

Aku rindu kamu

Aku cinta kamu

Aku ingin pulang

Ke tanahku minahasa…

Catatan: samua puisi ini kita da tulis waktu kita masih karja di Radio Suara Minahasa, sekitar tahun 2007-2008.

0 komentar: