Minggu, 08 Mei 2011

Pasar Tradisional Tomohon : Berbelanja sambil Menikmati Keragaman Hasil Sumber Daya Alam


Oleh: Denni Pinontoan

Kalau ke Kota Tomohon, anda mestinya tak hanya menikmati bunga, yang menjadi icon kota ini. Akan lebih lengkap, kalau anda juga ke Pasar Tradisional kota bunga ini. Sepintas, pasar tradisional Tomohon, sama dengan pasar-pasar tradisioanal lainnya, tapi, kalau anda berjalan-jalan mengelilingi pasar ini, sambil berbelanja anda akan disuguhkan dengan pemandangan yang tidak lazim di pasar-pasar tradisional lainnya.

Kalau kita dari Kota Manado, ke pasar tradisional ini, dengan menumpang bus antar kota kita hanya membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Lebih cepat kalau kita memakai kendaraan pribadi. Kalau dari pusat Kota Tomohon, kita hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit.

Baiknya ada datang di hari Sabtu di pagi harinya. Karena di pagi hari kita masih akan melihat ribuan penjual dan pembeli ramai saling tawar menawar. Kita juga masih akan melihat hasil tanaman hortikultura dari Rurukan yang segar-segar, seperti wortel, kol, dan bawang. Pasar tradisional Tomohon cukup luas. Bahan-bahan yang dijualpun sangat beragam, dari yang untuk dimakan sampai yang untuk dipakai sebagai penutup tubuh, pakaian misalnya, serta dan peralatan rumah tangga, semuanya tersedia di pasar ini.

Pasar Tradisional Tomohon dibangun berdampingan dengan terminal Beriman. Sebuah terminal yang cukup besar. Hanya selangkah dari terminal itu, kita akan langsung berhadapan dengan pasar tradisional yang unik ini. Makanya, kita tidak akan mengalami kesulitan jika ingin berbelanja di pasar ini. Dari arah terminal ini, kita pertama akan melihat pedagang ayam kampung. Ayam-ayam kampung ini di bawah dari sejumlah kampung di wilayah Tomohon, Tondano atau Kawangkoan. Harga ayam kampung ini bervariasi tergantung berapa besar dan berat ayam yang akan kita beli.

“Ayam-ayam yang kami jual ini tentu lebih enak rasa dagingnya dibanding ayam-ayam daging,” ujar Om Utu penjual ayam kampung dari Tondano.

Dia mengaku, ayam-ayam yang dia jual itu dibelinya dari warga yang memelihara ayam di sejumlah kampung di Tondano. “Saya membelinya dari warga yang memelihara ayam. Di rumah ada ayam yang saya pelihara, tapi tentu tidak cukup kalau dijual setiap minggu di pasar ini,” kata Om Utu menerangkan.

Om Utu mengaku telah menggeluti pekerjaan sebagai penjual ayam selama kurang lebih 5 tahun. “Ya, penghasilan dari menjual ayam ini, lumayan untuk ongkos rumah tangga, termasuk menyekolahkan anak,” katanya.

Di Pasar tradisional itu kita juga akan melihat beragam jenis buah-buahan, yang bergizi tinggi. Ada buah pepaya, pisang, nenas, nangka, kelapa dan salak, tersedia di pasar ini. Tampak penjualnya setia menunggu pembeli. Mereka pun akan melayani kita dengan penuh keramahan. Mudah-mudahan kita juga akan menawar jualan mereka dengan harga yang tidak terlalu murah. Kasihan, sudah susah-susah mereka bawa dari kampung, kita tentu tidak harus menawar harganya terlalu murah.

Selain beragam jenis buah, berbagai jenis sayur mayur juga sudah pasti bisa kita temukan di pasar ini. Kondisinya masih segar, sehingga baik untuk kesehatan dan enak untuk disantap. Kebanyak sayur yang dijual di pasar ini adalah kol, wortel, kangkung, dan gedi. Ada juga rebung yang bisa dibuat acar. Untuk membuat masakan sayur makin lesat, bumbu-bumbu, misalnya kemangi, daun jeruk, sere dan daun pandan sering dijual bersamaan dengan sayur mayur ini.

Eh, tapi tunggu dulu, aku dengar dari salah satu pembeli bilang di bagian dalam pasar ini ada ular piton atau dalam bahasa Manado menyebutnya patola. Ihh, takut! Tapi memang benar rupanya. Di pasar ini ada ular patola. Mana petugas keamanannya?! Gawat, kita harus cepat pulang kalau begini!

Tapi, kenapa orang-orang tidak berteriak, takut dan berlarian? “Itu bukan ular hidup. Kalo so di meja, ikyang dia,” celutuk seorang pembeli kepadaku.

Ehmm, aku tahu sekarang! Ternyata, yang mereka maksud itu adalah ular patola yang sudah mati, biasanya dimasak pakai santang atau rempah-rempah RW. Tahu dengan itu, langkah kakiku pun langsung diarahkan ke bagian lain pasar itu.

Wow, ternyata benar. Di pasar ini ada ular patola yang sudah mati, dan sedang dijual bagi peminat hewan-hewan hutan. “Ular patola ini torang da ambe dari utang Molibagu,” kata seorang laki-laki penjual hewan buas itu.

Warga peminat daging ular jenis ini tampak melihat-lihat ular itu. Ada yang bertanya berapa harganya, ada juga yang masih bertanya kepada istrinya apakah mau beli atau tidak. “Daging ular ini, rasanya seperti makan daging ayam kampung. Apa lei kalu beking santang,” ujar Om Benni, warga Tomohon peminat daging ular patola.

Selain ular patola, ada juga berbagai jenis hewan hutannya lainnya yang di jual, misalnya tikus hutan atau biasa orang Minahasa bilang kawok, kucing hutan, kelelawar atau orang Minahasa menyebutnya peret, dan babi hutan. “Jang tako, Om, ini tikus asli dari utang,” Om penjual hewan tikus memberi keyakinan kepada pembelinya.

Masih di bagian itu, kita akan juga melihat pemandangan lazim di pasar-pasar tradisional di Tanah Minahasa, yaitu daging yang memang berdarah-darah. Daging babi yang masih berdarah-darah tanda masih segar terpanjang untuk dijual. Anjing yang telah dibakar, tak lagi berbuluh, tapi tinggal kulit yang hangus terbakar terlentang pasrah siap untuk dijual. Bagian perutnya tampak terbelah, dan anda tinggal memesannya beli berapa kilo untuk dibeli.

Selain yang berdarah-darah, kita juga akan melihat jenis jualan lain hasil keringat warga. Bagi anda yang ingin bikin rujak, kola atau dodol, di pasar ini tersedia juga gula merah. Gula yang terbuat dari air nira (saguer) ini didatangkan dari sejumlah kampung di kota Tomohon. Gula merahnya tampak bersih dan harganya pun tidak terlalu mahal.

Waktu sejam berjalan-jalan di pasar tradisional Tomohon taklah cukup untuk melihat semua hasil sumber daya alam yang dijual warga demi melanjutkan hidupnya. Apalagi, waktu sejam ini memang tak cukup untuk membeli semua yang diinginkan di pasar ini. Tapi memang, pasar tradisional ini tak hanya untuk jual beli, para turis domestik dan asing pun banyak datang menikmati keunikannya, terutama untuk melihat hewan-hewan hutan dan daging babi dan anjing yang berdarah-darah itu. Karenanya, pemerintah Kota Tomohon telah juga menetapkan Pasar Tradisional ini sebagai salah satu objek wisata.

Anda yang ingin mendapatkan pemandangan unik sambil berbelanja, bisa mencoba di pasar tradisional ini. (denni pinontoan)

1 komentar:

  • fuadherbal says:
    11 Oktober 2012 pukul 03.10

    wah serem juga ya liat ular di pasar ...indonesia memang kaya khazanahdan bdaya lokal